Catatan : Ferry Arbania, Wartawan Memorandum Sumenep
Lahirnya TIM 14 Madura,
terinspirasi dengan kebanggaan masyarakat Madura, terutama pembaca Harian Pagi
Memorandum. Karena khusus biro Madura, seluruh sajian beritanya di pajang pada
halaman 14 dan satu berita lainnya di halaman luar (HL).
Seiring dengan
perjalanan waktu, Memorandum biro Madura sudah berjalan satu tahun.
Kehadirannya memang luar biasa beda. Lebih tegas dan santun menyeruak disetiap
elemen masyarakat dan garda tokoh dari berbagai entitas sosial dan jabatan
publik lainnya.
Memorandum Madura, banyak orang bilang bukan sekedar berita dan
wartawannya bukan sekedar menuliskan berita, melainkan, ikut bersama-sama
dengan rakyat, membuka tabir setiap kebohongan dan menjelaskan dengan rinci
setiap perkara yang dihadapi mereka. Kami datang dengan sentuhan cinta dan
kebersamaan yang begitu lekat dan penuh persaudaraan.
Dimata awak Memo, tak ada
ada perbedaan untuk sekedar mendapatkan pembelaan atas ke shahihan sebuah
fakta. Semua itu kami sajikan dengan nyata tanpa tendensi apa-apa. Kami begitu
dekat dengan rakyat jelata tapi disegani dikalangan penguasa di tingkat manapun.
Sayang, ditengah karir Memo yang terus berkibar di kawasan Madura,
Ternyata….kehadiran
koran MEMO yang sudah membumi di Pulau Madura ini, banyak
di manfaatkan oleh oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab dan
hanya mengeruk keuntungan finansial semata. Banyak kasus
dan laporan dari masyarakat yang dilamatkan pada kami.
Bahkan beberapa waktu
lalu, seorang teman LSM, mendatangi kami di Sumenep, melaporkan jika ada
seseorang di Kecamatan Lenteng, yang mengaku nama saya, dan melakukan tindakan
pemerasan atas sebuah kasus yang dihadapi seorang kepala desa. Orang itu, menurut
penuturan LSM itu, mengangkat sebuah kasus dan meminta kepala desa untuk
mengeluarkan sejumlah uang jutaan, dengan jaminan kasus tidak akan diberitakan
di media massa.
Dan masih menurut LSM itu, kepala desa itu akhirnya
mengeluarkan sejumlah uang yang ditaksir jutaan rupiah. Tentu saja, masalah ini
sangat merugikan kami selaku awak Memo, yang pastinya, tidak akan melakukan
perbuatan nista semamcam itu.
Sebagai bentuk
tanggung kami kepada publik, akhirnya, saya minta tolong LSM itu
untuk
mengantarkan saya menemui sang Kepala Desa di Kecamatan Lenteng itu.
Namun
sayang, di temui di rumahnya, kepala desa itu, enggan membuka siapa
orang yang
mencatut nama saya. Dia (Kepala Desa)hanya bilang, kalau wajah dia sama
sekali tak ada kemiripan. Kepala Desa itu berkali-kali meminta maaf atas
khilaf dirinya. Dan meminta masalah ini tidak diperpanjang lagi.
Sesederhana itukah..????
Dengan kejadian ini, saya berpikir,
sudah banyak oknum yang menyalah gunakan profesinya dalam hal apapun. Dan tidak
menutup kemungkinan, ditempat lain, ada orang-orang biadab lainnya, yang datang pada sejumlah pejabat publik atau
siapapun yang bisa mereka mangsa. Nah, untuk terus melacak siapa sebenarnya
orang yang telah berani mencatut nama saya maupun koran Memo, akhirnya saya
berinisitif untuk mendirikan TIM 14 MADURA.
Tim ini bertugas untuk menggali
informasi di tengah-tengah masyarakat dengan pendekatan kultur, emosional dan
kebersamaan. Karena tidak menutup kemungkinan, banyak masyarakat miskin di
bawah, yang sangat butuh bantuan informasi dan advokasi dari setiap persoalan
yang dihadapi.
Salah satunya, mengenai masalah sengketa tanah di kalangan
warga. TIM 14 MADURA, selalu siap bersama kepentingan rakyat. Untuk itu, kami
berharap, bagi masyarakat Sumenep, jika menemukan oknum yang mengaku-ngaku
wartawan Memo, hendaknya menginformasika ke no HP saya di 081 235 910 900.
Semoga
jalinan kebersamaan ini senantiasa mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi
masyarakat Madura. Terimakasih kami sampaikan untuk kesetiaan masyarakat
Madura, yang dengan setia bersama MEMORANDU MADURA ,di Halaman 14 kami selalu
ada dengan fakta. Bisa…!!! (*) ferry.arbania@gmail.com
Sumber: Harian Pagi Koran Memorandum, Edisi Cetak
0 comment:
Posting Komentar