Selasa, 17 Juli 2012

Peserta Seminar Kebudayaan Unija Kecewa


Sumenep, Memo| Rosyidi Darroni, salah satu peserta seminar lanskap kabudayaan Madura, yang digelar Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep mengaku kecewa dengan kegiatan seminar tersebut yang terkesan tidak serius. 

Ketidak seriusan itu terbaca saat Said Abdullah selaku keynote speeker dan D.Zawari Imron sebagai narasumber mengatakan acara ini hanya sekedar stimulasi menuju Kongres Kebudayaan Madura yang sejak beberapa waktu lalu selalu tertunda pelaksanaannya. 


“Terus terang saya kecewa dengan seminar yang digelar Kampus Unija ini. Kenapa tidak dicantumkan dalam surat undangan, jika acara ini hanya sebagai stimulasi pada persiapan pelaksanaan Kongres Kebudayaan Madura yang entah kapan dilaksanakan. 

Kalau tau acaranya tidak serius seperti ini, mending saya tidak hadir, karena banyak pekerjaan yang jauh lebih penting” ujar Rasyidi Darrani, peserta seminar yang juga budayawan asal Prenduan Sumenep, Selasa (17/07).


Dilanjutkan Rasyidi, dalam kegiatan seminar kemarin, hampir tidak ada hasil kesepakatan maupun gagasan kreatif yang dihasilkan, semuanya berkutat pada hal-hal tekknis dan seremonial yang menjenuhkan. 

Pihaknya juga menyayangkan tidak netralnya moderator dalam mengalokasikan waktu bagi para penanya. Terkesan pilih-pilih, ada yang diberi peluang bicara sampai sangat panjang sedang beberapa penanya lainnya,  termasuk dirinya malah dibatasi dan didesak-desak untuk segera meringkas pertanyaan maupun gagasan ide yang ingin disampaikan. “Jadinya saya tidak konsen menyampaikan prihal penting berkaitan dengan tantangan Madura kedepan. Ya itu dia, moderatornya nggak adil”, imbuhnya.


Dalam kegiatan tersebut, Said Abdullah, anggota DPR RI yang bertindak sebagai keynote speeker dalam seminar kebudayaan Madura itu meminta pihak eksekutif di Sumenep agar menjadwalkan beberapa kegiatan pemkab, agar menggunakan bahasa Madura. 

Jika ini tidak dilakukan, lanjut said, maka pada dekade 20 atau 30 tahun kedepan, kehadiran bahasa Madura akan menjadi artepak saja. “Kalau bukan kita siapa lagi yang hendak mempertahankan bahasa Madura. 

Jangan sampai punah, untuk itu saya usulkan dalam kegiatan ceremonial pemkab maupun acara dinas lainnya, sebaiknya dibiasakan menggunakan bahasa Madura, meski hanya dua kali dalam seminggu”, pinta Said Abdullah didepan peserta seminar. (fr/yy)

Tidak ada komentar:

***Selamat datang di blog berita Surat Kabar Harian Pagi MEMORANDUM***

Followers