Rabu, 18 Juli 2012

Wakapolres Disandera Ribuan Santri Annuqayah


Wakpolres Sumenep saat disandera
ole ribuan santri Annuqayah (fr)
"Gara-Gara Kapolres Lambat Minta Maaf"

Sumenep, Memo| Ribuan santri dan alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, benar-benar dibuat kecewa dengan belum hadirnya Kapolres Sumenep, AKBP Dirin untuk menemui pengunjuk rasa, yang sejak pagi memenuhi halaman depan Mapolres dan dilanjutkan dengan longmarch ke Masjid Agung untuk melakukan shalat dhuhur berjamaah. Setelah itu aksi dilanjutkan lagi didepan Kantor DPRD Sumenep meminta sepuluh anggota dewan yang juga alumni Pesantren Annuqayah bergabung dengan ribuan santri, sambil menunggu datanganya Kapolres yang dikabarkan masih di Mapolda Jawa Timur.




“Masak naik helikopter dari Surabaya-Sumenep sampai berjam-jam. Dasar polisi bodoh yang suka bohong”, demikian  teriak para demonstran meluapkan amarahnya.
“Masak dari tadi bilang ada diperjalanan terus, sudah berapa lama kami menunggu di sini. Pokoknya kalau 5 menit lagi Kapolres Dirin tidak menemui kami, maka Wakapolres harus kita bawa ke Pondok Pesantren Annuqayah”, ujar Etto salah satu orator.

Didepan kantor DPRD jalan utama di blokir oleh para pengunjuk rasa agar tidak disusup oleh provokator. Sedang sebagian lain terlihat berorasi bergantian diatas mobil yang dilengkapi denga perangkat sound system. Tampak Wakapolres Sumenep, Komisaris Polisi Fadil dinaikkan paksa keatas mobil pengunjuk rasa dan wajahnya terlihat kecut dan sangat khawatir. Domonstran menuding Kapolres telah melecehkan ribuan santri yang menunggunya sejak pagi. “Kedatangan Kapolres untuk menemui pengunjuk rasa ini sudah harga mati dan tak ada alasan lagi untuk menolaknya. Jika Kapolres tidak menemui kami untuk meminta maaf atas kasus ijazah Azhari, maka terpaksa pak Wakapolres ini yang akan kami bawa ke pondok pesantren agar diberi pemahaman yang  benar tentang pendidikan di Annuqayah”, ujarnya.
Aksi demonstrasi sempat terjadi ketegangan setelah beberapa anggota polisi memukul santri yang tengah berusaha masuk ke kantor dewan. Ulah oknum polisi yang main pukul itu mengancik amarah ribuan santri dan langsung melempri polisi dengan batu. Pagar pintu Kantor DPRD juga dirusak hingga lepas ke jalan raya, sementara para petugas kepolisian yang menjaga aksi dibuat mundur dengan serangan batu yang bertubi-tubi.
“Jangan salahkan kami jika kami main kasar. Polisi-polisi bodoh itu yang memukuli kami lebih dulu”, ujar pengunjuk rasa lainnya.
Beberapa saat kemudian, Kapolres Dirin tiba dikantor DPRD Sumenep dan dihadapan ribuan santri dan alumni Annuqayah menyampaikan permintaan maafnya atas kasus ijazah Azhari.

Aksi tini berawal  saat Moh. Azhari, alumni Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, ditolak saat mendaftar ke Polres Sumenep sebagai calon Brigadir Brimob dan Dalmas.

Moh. Azhari ditolak saat mendaftar, diduga akibat adanya point persyaratan yang berbunyi: 'Khusus untuk lulusan pondok pesantren, sesuai dengan Surat Departemen Pendidikan Nasional, yang diakui setara dengan SMU dan diperbolehkan mendaftar menjadi anggota Polri antara lain Ponpes Gontor Ponorogo, Ponpes Al- Amin Prenduan Sumenep, Ponpes Mathabul Ulum Sumenep, dan Ponpes Modern Al- Barokah Patianrowo Nganjuk.Padahal ijazah Moh. Azhari, tertulis dengan kop Kementrian Agama, dan menerangkan jika yang bersangkutan merupakan lulusan Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, bukan pondok pesantren Annuqayah Guluk-guluk. Dalam ijazah tersebut, juga tertera nilai sejumlah mata pelajaran, termasuk juga tertulis nilai ujian nasional yang diselenggarakan Pemerintah. Berkali-kali dengan berbagai pendekatan persuasif, pihak Kapolres diminta untuk segera meminta maaf kepada Pesantren Annuqayah, namun yang Kapolres Dirin tidak mengindahkan permintaan itu. Dan baru kemarin, didepan ribuan pengunjuk rasa, akhirnya Dirin meminta maaf atas kasus tersebut. (fr/yy)



Sum ber: Koran Cetak Harian Pagi MEMORANDUM Edisi Selasa, 17 Juli 2012

Tidak ada komentar:

***Selamat datang di blog berita Surat Kabar Harian Pagi MEMORANDUM***

Followers