Selasa, 31 Juli 2012

Di Guluk-Guluk, Banyak Petani Tembakau Beralih Ke Cabe Merah


Suryadi Kepala UPT Pertanian dan Suhaibi  Petani Cabe Merah/Ferry Arbania/Memo

Sumenep, Memo|Kamilah (24) tinggal di Dusun Lengkong, Desa Guluk-Guluk tahun ini mengaku sengaja meninggalkan budidaya tembakau yang sudah menjadi tradisi dikalangan masyarakat petani di desanya. Bersama suaminya, Suhaibi Aldi, pihaknya memberanikan diri untuk tidak bergantung pada tanaman tembakau dan beralih ke tanaman alternative berupa cabe merah besar. Semula pihaknya ketar ketir untuk meninggalkan kebiasaan tanam tembakau yang sudah dijalaninya itu secara turun temurun .


Namun setelah mendapat binaan dari UPT Pertanian Guluk-Guluk, dirinya merasa yakin kalau pilihannya beralih ke komuditas selain tembakau itu bakal meraih untung besar karena modalnya lebih sedikit dan tingkat resiko yang jauh lebi kecil dibanding tembakau.

“Berangkat dari sedikit pengetahuan yang kami peroleh dari UPT Pertanian, kami sekeluarga sepakat untuk tidak lagi menanam tembakau dan beralih ke cabe merah besar. Dan alhamdulillah hasilnya luar biasa , karena hanya dengan modal Rp. 7 jutaan, saya dapat keuntungan sekitar 30 juta dari luas tanam hanya 1500 m2”, kata Suhaibi saat asyik memetik buah cabe merah di sawahnya, Selasa (31/07).

Menurutnya, perawatan cabe merah tidak serumit pohon tembakau. Yang penting kebutuhan air tercukupi dan penyemprotan hamau paling sedikit dua kali dalam seminggu, maka dipastikan hasilnya akan memuaskan. Seperti hasil tanam tahun ini, bobot buah pada satu pohon saja bias mencapai 8 ons sampai dengan 10 ons dan bisa panen hingga berkali-kali.

“Apalagi sekarang harga cabe merah mencapai Rp.12 ribu per kilonya. Tinggal mengkalikan saja dengan luas tanam dan banyaknya pohon yang ditanam”, imbuhnya. ]

Sementara Suryadi, SP, MMA, Kepala UPT. Pertanian Guluk-Guluk, mengaku puas dengan keberhasilan para petani cabe merah saat ini. Pihaknya berharap agar diikuti juga oleh para petani yang lain, hingga tak lagi bergantung  pada budidaya tembakau yang tidak tahan dengan anomali cuaca. 

“Kita berharap masyarakat petani tak lagi bergantung pada tembakau yang biaya perawatannya jauh lebih mahal. Belum lagi komoditas ini tidak tahan curah hujan dan harganya juga ditentukan oleh pihak pabrikan atau gudang. Kalau cabe merah masyarakat bisa menentukan hasilnya sendiri dan jauh lebih menguntungkan”, kata Suryadi, SP, MMA,Kepala UPT Pertanian Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. 

FERRY ARBANIA

Tidak ada komentar:

***Selamat datang di blog berita Surat Kabar Harian Pagi MEMORANDUM***

Followers